Jakarta - Bukan karpet merah atau karangan bunga yang tergelar di jalan-jalan protokol untuk menyambut kunjungan kenegaraan pertama Presiden Argentina Cristina Fernandez De Kirchner ke Indonesia kali ini.

Hujan deras yang mengguyur ibukot a Jakarta dalam beberapa hari terakhir justru menyisakan genangan air berwarna kecoklatan yang memenuhi jalan-jalan protokol utama Jakarta, yang seharusnya menjadi representasi kesuksesan pembangunan ekonomi Indonesia.

Luapan air sungai dan got yang bercampur dengan segala jenis sampah dan limbah itulah yang akan mau tak mau membekas di benak tamu negara tersebut tentang Jakarta, tentang Indonesia, negeri yang jaraknya ribuan kilometer dari kampung halamannya dan mungkin disebutkan istimewa atas keindahan alamnya.

Banjir yang menurut sejumlah pihak disebut tidak terduga itu--walaupun dalam sejarahnya Jakarta memang selalu "tergenang" setiap musim hujan tiba-- bahkan sempat membuat pertemuan bilateral antara Presiden Kirchner dan Presiden Yudhoyono tertunda beberapa jam.

Penundaan itu bukan tanpa sebab. Namun karena ruas-ruas jalan protokol, antara lain Jalan Sudirman, Jalan Thamrin, dan Jalan Merdeka, tertutup oleh gena ngan air yang cukup dalam untuk dapat dilalui kendaraan bermotor dengan aman.

Lebih dari itu, Kompleks Istana yang seharusnya bersolek untuk menyambut sang tamu pun tergenang banjir sedalam lebih kurang 30 cm.

"Bukan batal. Kunjungan Presiden Argentina tetap dijadwalkan hari ini namun sifatnya `on call` sampai situasi dan kondisi dianggap paling baik," kata Juru Bicara Presiden Julian A Pasha pada Kamis pagi merujuk pada rencana pertemuan bilateral kedua Kepala Negara pada pukul 10.30 wib.

Pengaturan ulang waktu pertemuan itu memberi kesempatan bagi Presiden Yudhoyono untuk meninjau titik banjir di Kompleks Istana.

Dengan mengenakan kaos biru dan celana olahraga berwarna abu-abu yang digulung setinggi lutut, Presiden dengan didampingi Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa yang mengenakan setelan jas lengkap dengan dasi garis-garisnya berkeliling Kompleks Istana.

Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa rencananya akan mendampingi Presiden Yudhoyono dalam pertemuan dengan Presiden Kirchner sehingga ia telah rapi mengenakan setelan jas hitamnya saat mendampingi Presiden melihat-lihat genangan air di halaman Wisma Negara yang terletak di antara Istana Merdeka dan Istana Negara.

Sebelumnya untuk mengantisipasi ancaman banjir yang semakin meluas akibat tanggul jebol, Badan Nasional Penanggulangan Banjir (BNPB) memilih untuk mengalihkan air ke sungai Ciliwung lama dengan konsekuensi Istana Kepresidenan banjir.

Kepala BNPB Syamsul Maarif melaporkan perkembangan tersebut kepada Presiden Yudhoyono sekitar pukul 09.10 wib.

"Tidak masalah Istana terendam banjir. Yang penting masyarakat terlindungi," kata Presiden Yudhoyono sebagaimana dikutip Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.

Jakarta Lumpuh
Banjir kali ini memang jauh lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya, mengingat akibat hujan deras yang mengguyur kawasan Jabodetabek beberapa hari terakhir mencapai puncaknya dengan lumpuhnya aktivitas di ibukota pada Kamis pagi.

Sedari pagi, ratusan warga Jakarta yang hendak menuju tempat kerjanya terjebak dan terdampar di sejumlah ruas jalan, terminal bus dan stasiun kereta api. Tidak sedikit yang akhirnya memutuskan untuk pulang.

Seorang ibu dua anak yang mengaku berkantor di bilangan Thamrin, Dewi Yurniati (37), akhirnya memutuskan pulang setelah terhadang genangan air setinggi hampir satu meter di sekitar Bunderan Hotel Indonesia pada Kamis pagi.

"Percuma juga ditunggu tidak bisa lewat. Nanti kalau saya memaksa ke kantor malah jangan-jangan tidak bisa pulang," katanya.

Keputusan yang sama juga diambil Puput (27), seorang pengguna kereta rel listrik (KRL) relasi Serpong - Tanah Aang. "Terpaksa kembali lagi ke rumah karena (stasiun) Tanah Abang banjir dan tidak bisa kemana-mana," katanya. Ia mengaku berjalan kaki dari Stasiun Tanah Abang menuju Palmerah karena tidak ada kendaraan umum yang bisa melewati genangan air yang cukup tinggi.

Menurut Sutopo, bencana banjir kali ini telah menggenangi 500 RT dan 203 RW di 44 kelurahan yang tersebar di 25 kecamatan.

"Jumlah penduduk yang terendam 25.276 KK atau 94.624 jiwa dengan pengungsi mencapai 15.447 jiwa. Hingga saat ini, data sementara tercatat lima orang meninggal sejak Selasa (15/1) sementara pendataan masih terus dilakukan," katanya.

Dia menambahkan hingga pukul 15.00 WIB, tinggi muka air sungai Ciliwung di Manggarai sudah turun menjadi 930 centimeter (Siaga 2). Sementara kondisi sungai yang lain, yaitu Katulampa 80 centimeter (Siaga 4), Depok 215 centimeter (Siaga 3), Angke Hulu 300 centimeter (Siaga 2), Pesanggrahan 125 centimeter (Siag a 4), Krukut Hulu 150 centimeter (Siaga 4), Cipinang Hulu 160 sentimeter (Siaga 3), Sunter Hulu 90 centimeter (Siaga 4), Karet 710 centimeter (Siaga 1), Pulogadung 710 centimeter (Siaga 1) dan Pasar ikan 175 centimeter (Siaga 3).

Sekalipun ancaman banjir terus didengungkan oleh banyak media dan aparat pemerintah namun sejumlah warga yang masih bertahan di rumahnya yang terletak di lokasi rawan banjir karena mengkhawatirkan keamanan harta bendanya.

Untuk mengatasi itu, secara khusus Presiden Yudhoyono menginstruksikan Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo agar jajaran Kepolisian ikut mengamankan rumah dan harta benda para pengungsi agar masyarakat tidak bertahan di rumahnya karena dapat membahayakan jiwa.

"Pagi tadi, Presiden telah menginstruksikan Kapolri agar polisi membantu mengamankan rumah dan harta benda yang ditinggalkan para pengungsi, di samping mengatur lalu lintas," kata Julian.

Sementara, tamba h Jubir Presiden, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono dan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo diinstruksikan agar segera membantu proses penyelamatan warga.

"Apakah dengan mengirimkan perahu karet, truk tinggi dan petugas kesehatan," katanya.

Presiden, kata Julian, juga meminta agar seluruh jajaran pemerintahan memprioritaskan bantuan untuk rakyat serta membantu Pemerintah Daerah DKI agar upaya penanggulangan banjir lebih efektif.

Berperahu Karet
Sementara itu seusai menyaksikan penandatangan sejumlah Nota Kesepahaman kerja sama dengan Argentina dan menerima buah tangan berupa kaos seragam tim nasional Argentina yang berwarna biru putih dari Presiden Kirchner, Presiden Yudhoyono kemudian meninjau salah satu titik banjir yang cukup parah di Jakarta, yaitu Kelurahan Rawajati, Jakarta Timur.

Di lokasi it u, Presiden Yudhoyono menyusuri kawasan yang terdampak banjir menggunakan perahu karet marinir menuju Sungai Ciliwung.

Seusai menyusuri Sungai Ciliwung, Presiden menggarisbawahi keperluan segera mengatasi kondisi di bantaran sungai yang penuh dengan rumah. Ia menilai, rumah yang berada di bantaran sungai memang sangat tidak aman dari luapan air sungai.

Sementara itu Ibu Ani Yudhoyono yang tidak ikut dalam perahu karet itu menanti di pengungsian untuk berbincang-bincang dengan para pengungsi. Salah seorang pengungsi yang disapa Ibu Negara yang mengenakan jaket berwarna hitam itu adalah Julia, seorang ibu muda satu anak.

Sambil menggendong anaknya yang masih berumur lima tahun Julia menyampaikan kondisi rumahnya. "Banjir bu, kelelep (tenggelam) semua, buku sama seragam," katanya.

Ibu Ani kemudian berpesan agar Julia menjaga kesehatan dan memastikan anaknya Resti tetap hangat sambil berkata bahwa pemerintah akan membantu para korban banjir.

Kedatangan pasangan nomor satu Indonesia itu ke lokasi pengungsi memicu antusiasme warga yang ingin melihat secara langsung Presiden dan Ibu Ani Yudhoyono. Selain menyapa dan berfoto, beberapa dari mereka juga menyampaikan harapannya kepada pemerintah agar Jakarta tidak lagi banjir.

Seorang ibu yang sedang hamil enam bulan, Erna, yang merupakan warga RT 2/ RW 7 Rawajati bahkan sempat meminta nama untuk bayinya.

Namun saat Ibu Ani bertanya apa jenis kelamin sang bayi, Erna mengaku belum tahu.

"Tapi Ibu Ani berpesan agar saya memberikan asi eksklusif sampai enam bulan," tuturnya sambil tersenyum seakan pertemuannya dengan Ibu Negara sudah cukup membuatnya melupakan rumahnya yang tergenang air.

Selain menyambut kunjungan kenegaraan Presiden Kirchner, Jakarta pekan ini juga dijadwalkan menyambut kunjungan kenegaraan Perdana Menteri baru Jepang Shinzo Abe pad a Jumat (18/1).

Perdana Menteri Abe pernah berkunjung ke Jakarta pada periode pertama pemerintahannya, 2006-2007. Kali ini Indonesia merupakan satu dari tiga negara Asia Tenggara yang menjadi tujuan pertama tur luar negeri PM Abe seusai dilantik.

Apabila menurut Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, ibukota akan berada dalam kondisi tanggap darurat hingga 27 Januari 2013 akibat banjir yang melanda hampir seluruh wilayah maka boleh jadi PM Abe akan memperoleh suguhan pemandangan yang tak jauh berbeda dengan Presiden Kirchner.

Suatu hal yang tentu saja tidak pernah diharapkan namun sayangnya terjadi.  (G003/A011)